Dimata pemerintah Indonesia,
senyawa-senyawa cannabinoids non-psikoaktif dianggab sama berbahayanya
dengan heroin maupun Napza lainnya. Berbeda dengan pandangan para
peneliti medis di dunia, senyawa-senyawa cannabinoids tersebut justru
mampu menjadi obat yang aman dan efektif dalam melawan penyakit-penyakit
kronis. Untuk itu mari kita lihat lebih dalam mengenai senyawa-senyawa
berkhasiat ilegal tersebut.
Cannabidiol (CBD)
Setelah THC, CBD merupakan cannabinoids
yang paling banyak ditelaah oleh ilmuwan. Ditemukan pertama kali tahun
1940, mayoritas ilmuwan mengatakan bahwa CBD mungkin saja menjadi
satu-satunya cannabinoid yang paling penting. Bahkan para ilmuwan
menganggab CBD sebagai senyawa medis terbaik yang dimiliki pohon ganja.
Hasil studi Antonio Zuardi yang diterbitkan The Brazilian Journal of Psychiatry
tahun 2008 menemukan berbagai potensi medis dari cannabidiol untuk
mengobati parkinson, alzheimer, serebral iskemia, diabetes, rheumatoid
arthritis, inflamasi, mual dan kanker. Tahun 2009, ilmuwan dari Israel dan Itali
mengembangkan temuan tersebut dan menemukan bahwa CBD memiliki sifat
anxiolytic (anti-cemas), anti-psikotik, anti-epilepsi, neuroproteksi, vasorelaxant (memperbesar pembuluh darah), antispasmodic (meringankan keram otot), anti-ischemic (memperlancar suplai darah), anti-kanker, antiemetic (menghilangkan mual dan muntah), anti-bakteri, anti-diabetes, anti-inflammatory (anti peradangan/pembengkakan), dan merangsang pertumbuhan tulang.
Martin Lee, pendiri dan direktur Project CBD, menjuluki cannabidiol sebagai “The Cinderella Molecule”; Senyawa mungil yang tidak beracun, non-psikoaktif dan multiguna.
Cannabinol (CBN)
Cannabinol adalah produk turunan dari
THC. Pertama ditemukan ilmuwan pada tahun 1896. Senyawa cannabinol
ditemukan dapat membantu proses tidur, mengurangi rasa sakit maupun
keram, memperlambat gejala ALS (Penyakit Lou Gehrig), meningkatkan nafsu
makan, dan menghentikan penyebaran residu obat-obat tertentu.
Cannabichromene (CBC)
CBC pertama kali ditemukan tahun 1966.
Secara khusus banyak ditemukan pada tanaman ganja yang baru panen.
Namun, penelitian terhadapnya belum dilakukan sebanyak CBD ataupun CBN.
Sebuah ringkasan jurnal-jurnal di tahun 2009 menemukan fungsi CBC sebagai anti-inflammatory (anti peradangan/pembengkakan), anti-mikroba, analgesik, anti-kanker, dan merangsang pertumbuhan tulang. Penelitian terbaru di tahun 2011 menemukan bahwa CBC dapat mempengaruhi ujung syaraf otonom dalam memodifikasi rasa sakit.
Cannabigerol
Sama seperti CBC, CBG juga kurang
mendapat perhatian serius dari para ilmuwan. Terlihat dari sedikitnya
jurnal yang mengemukakan efek medis senyawa tersebut. CBG pertama kali
ditemukan pada tahun 1964. Berdasarkan hasil temuan dalam The British Journal of Pharmacology tahun 2011, ekstraksi CBG-chemotype dapat dijadikan agen antiseptik yang sempurna dan aman untuk membunuh bakteri. Studi terbaru
kemudian menemukan bahwa senyawa non-psikoaktif tersebut mampu
mengobati berbagai gangguan sistem syaraf otonom, termasuk epilepsi.
Tetrahydrocannabivarin
Ditemukan tahun 1970, THCV merupakan
senyawa khas yang dapat ditemui pada hashish pakistan dan cannabis yang
berasal dari selatan afrika. Berdasarkan dosisnya, THCV dapat menjadi
agen antagonis bagi THC (dosis rendah THCV dapat menurunkan nafsu makan)
atau malah sebaliknya (dosis tinggi THCV bermanfaat untuk proses
pembentukan tulang). Tidak seperti CBD, CBN, CBC, dan CBG, dosis tinggi
THCV mampu membuat anda giting (lebih rendah dari THC).
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar